Korban gempa Pasaman Barat laksanakan sholat tarawih |
SIMPANG EMPAT – Korban gempa di Nagari Kajai Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, melaksanakan Shalat Tarawih di mushala darurat yang beratapkan terpal selama Ramadan 1443 Hijriah.
Menurut Ketua Pengurus Musholla Nurul Islam Sungai Lampang Jorong Tanjung Beruang, Kajai Rozikin, mereka shalat berjamaah dan Tarawih di mushala darurat karena mushala mereka rusak berat akibat gempa pada Jumat (25/2) lalu.
Warga Sungai Lampang, katanya, terpaksa melaksanakan ibadah shalat berjamaah di bawah tenda terpal seadanya yang dijadikan mushala darurat, sebagaimana dikutip Okezone.com.
Meskipun ditempat seadanya, warga begitu semangat melaksanakan Shalat Isya berjamaah, Shalat Tarawih dan Shalat Subuh berjamaah. Dengan beratapkan terpal, beralaskan tikar dan berdinding triplek setengah mereka tetap bisa melaksanakan ibadah selama Ramadhan.
Jamaah lumayan ramai sejak Jumat (1/4) malam sampai saat ini mencapai 60 orang setiap malam. Istilah kami ini adalah tambaro atau tampek ibadah samantaro (tempat beribadah sementara),” katanya.
Mereka terpaksa beribadah di tenda darurat karena mushala tempat biasa mereka melaksanakan Shalat Tarawih rusak akibat gempa yakni di Mushala Nurul Islam.
“Pendataan sudah ada namun perbaikan mushala belum. Kami berharap ada bantuan untuk memperbaiki mushala ini secepatnya,” katanya berharap.
Seorang jamaah Shalat Tarawih Bakri (60) mengatakan ia tetap semangat beribadah meskipun hanya di tenda darurat seadanya.
“Bagaimana lagi, kita ingin juga beribadah sementara mushala yang ada rusak. Mudah-mudahan mushala yang rusak segera dapat diperbaiki,” ucapnya.
Selain di Sungai Lampang, hal yang sama juga ditemui di Kampung Padang Kajai yang warganya shalat berjamaah di tenda darurat beratapkan terpal dan beralaskan tikar.
Begitu juga di Lubuk Panjang dan di Masjid Raya Kajai yang ambruk warga sholat berjamaah di tenda darurat.
Sementara warga di Nagari Kajai pada umumnya masih bermalam di tenda-tenda darurat yang berdiri dekat rumah mereka yang ambruk.
“Hunian sementara memang sudah ada sebagian, namun sangat sedikit dan butuh penambahan,” kata salah seorang warga Lubuk Panjang Febri.(*)